Cerpen “Payung Hitam” Oleh Sasa Almanita
PAYUNG HITAM
Oleh : Sasa Almanita
Dia Johan, Johan adalah pria yang ku kagumi sekaligus sahabat karibku. Kami berasal dari daerah yang sama, dari sebuah desa yang terletak dipinggiran Provinsi Riau. Ya …. Ini dia Desa Sei Kijang yakni perbatasan antara Riau dengan Sumatera Barat. Aku dan Johan adalah dua sahabat yang seperjuangan, kami selalu bersaing untuk mendapatkan prestasi terbaik. Prinsip kami memanglah sama mengutamakan agama, keluarga, kehormatan, dan prestasi dalam pendidikan. Namun ada banyak hal yang berbeda antara aku dan Johan semenjak payung hitam menghampiri kehidupan Johan , dia harus merelakan kepergian ibunda tercintanya. Semenjak kejadian itu Johan mulai menjadi orang yang sensitif.
Tidak lama kemudian hal yang mengejutkan keluar dari mulutnya Johan .
Johan : Sa…. Sasa….
Sasa : Iya Han, kenapa ?
Johan : Aku mau ngasih tau sesuatu hal sama kamu.
Sasa : Sesuatu apa ?kabar baik atau buruk ?(sambil terkaget)
Johan : Bagiku buruk tetapi entahlah dengan dirimu, besok lusa aku akan pindah ke Yogyakarta dengan ayah, dan mungkin aku gak bakalan kembali lagi kesini .
Sasa : What ?kamu gak bercandakan Han ?
Johan : Gak kok Sa , aku serius besok lusa kami akan berangkat.
Sasa : Asal kamu tau aja ya Han, ini merupakan kabar terburuk yang pernah aku dengar darimu karena kita nggak akan ketemu lagi nantinya. Aku mohon jangan pindah ke Yogyakarta Han …. (sambil menagis ).
Johan mengusap air mataku dan berlalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan pertanyaan dan permohonanku.
Hari ini Johan dan ayahnya akan berangkat ke Yogya, sementara aku tinggallah dengan rasa yang ditemani gundah – gulana, ku telusuri warna – warni kehidupanku tanpa ada sahabat karibku Johan di sampingku,yang selalu berharap bahwa Johan akan kembali lagi ke kehidupanku. Sejak kecil aku dan Johan memang selalu bersama – sama hingga rasa yang kumiliki berubah menjadi rasa cinta yang amat dalam membara yang semua ini aku simpan sendiri di lubuk hati yang terdalam. Aku sering menutup mata dan mengelus dada saat teringat dengan Johan, apalagi saat menatap foto Johan yang ada di dompetku, bayang – bayang Johan takkan pernah lenyap dari ingatanku, karena aku teramat dalam mencintainya. Disetiap rangkaian do’a ku selalu kusertakan namanya “ Ya Allah pertemukan lagi hamba dengan Johan ya Allah, hamba berharap semoga sahabat seperjuangan hamba selalu sukses dalam hal apapun yang ingin di capainya, sampai pada akhirnya nanti prestasilah yang menemukan kami berdua. Aamiin ya Allah, aamiin ya Robbal’alamiin….”Itulah do’a yang tak pernah henti terucap dari mulutku ini.
Kadang kala aku berpikir bahwa aku harus menyerahkan segala sesuatu kepada Allah yang maha kuasa karena ku tahu jodoh, rezeki, maut, itu Allah yang atur. Memang rencana kita sangatlah indah, tetapi rencana Allah jauh lebih indah. Kini kujalani hari – hariku tanpa menghiraukan bayang – bayang Johan, aku fokus dengan pendidikanku yang sekarang.
Ujian Nasional sudah dekat, hanya beberapa bulan lagi, aku berusaha dengan keras untuk mendapatkan nilai yang terbaik agar aku bisa mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikanku ke Kota. Dan aku sangat yakin bahwa sahabatku Johan, pasti sedang melakukan hal yang sama denganku yaitu belajar dengan giat dan menjadi sang juara.
Disela –sela kesibukan belajarku aku juga mengurus ibuku yang sedang sakit, ibu sering berkata padaku untuk mencari teman, ilmu, dan wawasan yang luas, dalam sebuah percakapan antara aku dan ibu .
Sasa : Ana uhibbuki fillah ibu … (sambil memeluk ibu)
Ibu : Apa tu nak sayang ibu ?
Sasa : Aku cinta ibu karena Allah
Ibu : Ibu juga cinta dan sayang sama Sasa karena Allah. (sambil menagis) Sasa belajar dengan baik ya nak
Sasa : Iya ibu (tangisku memecah)
Ibu : Jangan pernah lelah dalam mencari teman, ilmu,dan wawasan agar kamu nantinya tidak seperti ibu, yang hanya bekerja sebagai penderes karet di kebun orang. Lagi pula sebentar lagi ibu akan pergi, dan jaga dirimu baik – baik ya nak.
Sasa : Iya bu, jangan berkata seperti itu bu, ibu pasti sembuh. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan kemudahan pada hambanya yang bersabar, berdo’a, dan berusaha.
Kemudian aku hanya menagis tersedu – sedu setelah mendengar beberapa ucapan yang terlontar dari mulut ibuku. Aku sangat tidak suka jikalau ibu berkata tentang kepergian karena aku tidak ingin payung hitam itu datang lagi ke kehidupanku, aku sangat benci dengan payung hitam karena payung hitam memisahkan segalanya…. Payung hitam mengambi segala yang kusayangi. Ayah adalah orang yang senantiasa menasihatiku, membimbingku, dan mengajariku berbagai hal, juga telah lama di hampiri oleh payung hitam. Aku melihat di tepi kuburan, tempat dimana ayahku akan dipulangkan, orang ramai berteduh dibawah payung hitam dikala ayah akan dimasukkan ke liang lahat. Aku benci payung hitam, dan Johan pun pindah ke Yogya karena akibat dari payung hitam.
Ujian nasional telah tiba, disaat aku pulang dan tiba di rumah, lagi – lagi payung hitam itu datang memberikan tangis dan membawa sedih dalam kehidupanku, aku sangat tak sanggup ketika melihat ibu terbaring lemas, pucat, tanpa nafas dan denyut nadi di ruang tengah. Aku menangis meraung – raung, tapi ibu takkan kembali lagi dan ibu akan menyusul ayah di surga.
Tinggallah aku seorang diri berjuang mengarungi nasib, sanak saudara kini tiada lagi yang peduli, aku merasa seperti bola yang di tendang kian kemari sesuka hati. Tak lama kemudian hasil Ujian Nasional pun keluar, aku datang ke sekolah dan kulihat papan pengumuman dengan rasa hati yang kacau, aku baca papan pengumuman itu, deg… deg… deg… jantungku berdegup kencang. Tapsss…. Namaku ku jumpai dengan nilai yang tinggi dan terbaik diantara beribu siswa.
Kemudian seorang siswa dari belakangku memanggil – manggil nama ku, “Sasa…. Sasa…” akupun menoleh ke belakang “iya, ada apa ?” jawabku. “kepala sekolah memanggilmu dan menyuruhmu ke ruangannya” balas lelaki remaja itu , “iya terimakasih” sahutku, “sama – sama” dia mengakhiri percakapan pendek kami tersebut. Dan aku bergegas menuju ke ruang kepala sekolah, setelah lama berbincang akhirnya didapat sebuah keputusan bahwa aku mendapat beasiswa kuliah di ISI Yogyakarta. “Alhamdulillah” gumamku.
Pagi ini adalah jadwal keberangkatanku aku merasa bangga dengan prestasi dan beasiswa yang kudapat, dan yang lebih membuatku bahagia adalah saat aku akan kuliah di kota Yogyakarta tempat dimana Johan sahabatku juga menimba ilmu. Beberapa waktu kemudian aku tiba di Yogyakarta, kemudian guru pembimbingku membawaku ke sebuah rumah, yang mana rumah itu akan menjadi tempat peristirahatanku, guruku memberitahukan dimana tempat kuliahku, duh… senangnya. Keesokan paginya aku mulai kuliah dan semuanya berjalan dengan lancar.Hari demi hari telah ku lewati bersama kenangan masa lalu yang masih kuingat dan membekas di hati. Telah lama aku di Yogyakarta sudah hampir 3 setengah tahun, kuliahku akan selesai dan aku sibuk menyusun tugas skripsiku, tetapi sekalipun aku belum pernah bertemu dengan Johan. Tapi do’a ku untuk bertemu dengannya tidak akan pernah ada hentinya.
Kali ini aku pergi bermain – main dan menghilangkan suntuk ke Malioboro yaitu sebuah tempat yang dari dulu aku impikan , dan kini aku telah meginjakkan kakiku di Tanah Malioboro ini. Saat aku memilih – milih Jam Tangan, tanpa aku sadari ternyata aku telah memegang jam tangan yang sama dengan seseorang , ya seorang pria yang tinggi sekitar 170 cm dengan badan kekar, berwiba, mata sipit, bibir merah, rambut rapi terbelah, menyapa dengan lembut “hei… kamu Sa”, sejenak aku termenung dan dia menepuk bahuku sambil berusaha menyadarkan ku, aku terkaget “hei… iya kamu Han?” jawabku dengan setengah percaya setengah tidak. “ya ini aku Johan, kamu sedang apa disini ?” sahutnya. “aku hanya berusaha untuk menenangkan diri dan menghilangkan suntuk , eeehhh… nggak taunya jumpa sama kamu Han” kujawab dengan wajah memerah.
Kemudian kami bercerita panjang – lebar tentang semua pengalaman yang kami lewati tanpa kebersamaan kami berdua.Ternyata saat ini Johan telah menjadi seorang drummer terkenal dalam sebuah grup band. Kini aku dan Johan sudah sering bersama seperti dulu diwaktu kami masih di Desa, Johan tetap saja sama seperti Johan yang dulu yang pernah ku kenal, tak sedikitpun ada perubahan pada sikapnya yang ramah dan sopan itu.
Hari ini Johan mengajakku ke Pantai Parangteritis, aku tak tahu apa rencananya untukku, setelah tiba disana Johan menyuruh ku berjalan mundur dengan punggungku mengarah kedepan sambil di bimbing olehnya, nah… tepat ketika aku disuruh berbalik ternyata, jreng…. Sebuah cicin tepat di hadapanku dengan sebuah kalimat yang diucapkan oleh Johan “will you marrie me?” aku tersentak kaget dan menarik nafas dengan senyum hangat di wajahku. “kamu nggak bercanda kan Han?” balas ku, “aku serius Sa, aku sayang sama kamu, dari dulu sampai sekarang perasaanku ke kamu nggak pernah berubah sedikitpun, jadi bagaimana bersediakah kamu jadi sahabat sehidup sesurgaku Sa ?” sahutnya sambil meyakinkan hatiku. Kemudian aku hanya membalas dengan kepala mengangguk – angguk, karena aku juga merasakan hal yang sama dengan Johan.
Aku dan Johan menikah dan hidup sederhana berkecukupan dengan apa yang telah kami miliki. Hingga pada suatu hari gerimis kembali melanda hati ini, hatiku sedih lagi, kenapa ?ya karena payung hitam itu lagi. Johan sahabat sehidup sesurgaku kini di hampiri payung hitam itu, saat johan akan berangkat ke Malaysia dan melanjutkan pendidikan di Universitas Selangor Malaysia dengan beasiswa yang ia dapatkan. Sebuah kecelakaan menjadi sebab payung hitam itu datang menghampiri Johan. Dari awal hatiku memang sudah risau dan ragu untuk melepaskn kepergian Johan kekasih hatiku, hingga payung hitam kali ini memang benar – benar memisahkan kami berdua yang telah berjuang bersama untuk mencapai cita – cita kami untuk selamanya.
Dan kini aku sadar untuk menghargai apa yang kumiliki dan melepaskan apa yang seharusnya pergi , karena hidup harus tetap berlanjut.
SELESAI
GLOSARIUM
- SENSITIF : Mudah tersinggung
- GUNDAH – GULANA : Perasaan yang kacau
- KARIB : Dekat, sejati
- TERKAGET : Terkejut
- GUMAM : Bicara sendiri
- SAHUT : Balas
- LENYAP : Hilang, sirna
- DI SELA – SELA : DI waktu – waktu
- DI KALA : Di saat
Biodata Penulis
Nama : Sasa Almanita
Tempat, Tanggal Lahir : Sei Kijang, 31 Mei 1999
Alamat : Jl. Paralayang Sei Kijang, Cipang Kiri Hulu, Rokan 4 Koto,
Rokan Hulu, Riau.
Pendidikan : Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Padang
Motto : Try Do Your Best and Change Your Life With Progress
Nge-Zoom Bareng : Peluncuran Mata Kuliah Kecerdasan Digital (Program Literasi Digital)
Webinar Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Batusangkar, Mengulas Topik Ekonomi Syariah
Meriahkan HPN, UKKPK UNP Luncurkan SIGMA FM Versi Google Play dan Online
Meriahkan HPN, UKKPK UNP Luncurkan SIGMA FM Versi Google Play dan Online