Abad 21 dalam Pendidikan Berbasis Lokal
Perubahan merupakan bagian dari proses kehidupan yang terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, perubahan adalah peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Berdasarkan prosesnya, perubahan dibagian atas dua perubahan yaitu perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan.
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang dilakukan secara terstruktur melalui pola-pola tertentu untuk memperoleh suatu tujuan yang diinginkan misalnya pendidikan. Perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar kendali manusia seperti bencana alam. Sebagai perubahan yang direncanakan, Pendidikan termasuk salah satu aspek perubahan yang tergolong besar. Pendidikan dimulai sejak manusia dilahirkan kemudian manusia diajarkan memahami keadaan dirinya seperti rasa lapar, sakit, marah dan sebagainya. Selanjutnya diajarkan manusia bergerak mulai dari berenang, berjalan, berbicara, berinteraksi hingga berpikir. Semua perubahan yang terjadi mengalami proses melalui Pendidikan yang diajarkan oleh orang tua.
Saat ini kita berada pada industri 4.0 yang salah satunya ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang canggih. Perubahan ini secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan Pendidikan. Segala sesuatu dapat diakses dimanapun dan kapanpun dalam waktu yang singkat. Hal tersebut menyebabka terjadinya pergeseran fungsi guru dan melenggangkan akses siswa. Kondisi ini kemudian diasumsikan sebagai suatu bentuk disrupsi dalam Pendidikan dimana Pendidikan dituntut untuk mampu mengontrol siatem Pendidikan agar tetap beriringan dengan perubahan yang terjadi. Dalam perkembangan berikutnya zaman perunggu pun berakhir dan penyebabnya juga bukan habisnya perunggu tetapi adanya besi sebagai temuan baru yang jauh lebih mampu menyentuh aspek yang lebih luas daripada sebelumnya. Begitupun dengan industri 4.0 yang menuntut menyajikan teknologi canggih yang mampu mempermudah kegiatan manusia.
Abad 21 salah satunya ditandai dengan terjadinya revolusi 4.0 yang menyentuh aspek kehidupan secara keseluruhan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari munculnya teknologi komputasi awan (iCloud), Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligence), pemanfaatan big data, serat perluasan konektifitas secara virtual. Semua teknologi ini membawa keefektifan kerja yang kompleks. Sebagaimana riset yang dilakukan oleh McKinsey mengungkapkan bahwa sekitar 60% atau sedikitnya sepertiga dari bagian pekerjaan dapat dialihkan pada teknologi. Salah satu hal yang membuktikannya saat ini yaitu proses pelaksanaan Pendidikan jarak jauh, seminar yang dulunya dilakukan dalam satu ruangan sekarang dapat dilakukan di rumah. Perkembangan ini tentunya sangat positif bagi dunia Pendidikan dimana kita diberikan akses untuk belajar dengan orang yang berbeda wilayah bahkan negara.
Bagi sebagian pihak, perkembangan teknologi dinilai sebagai suatu bentuk ancaman dkarena perkembangan teknologi dapat melunturkan nilai-nilai budaya yang selama ini berkembang dalam masyarakat. Namun demikian, perubahan ini tidak dapat kita hindari dan sebagai solusinya maka kita lah yang harus beradaptasi untuk mengimbanginya. Era digital kadang juga diibaratkan selaknya 2 mata pisau yang sama tajam. Ketika teknologi dimanfaatkan sebagai alat yang positif maka kita akan sangat terbantu dengan kefektifannya tetapi ketika digunakan ke arah yang negatif maka akan menyebabkan keterpurukan yang parah. Oleh karena itu di era modern ini tuntutan pendidikan adalah bagaimana kita mampu meanfaatkan teknologi untuk keefektifan kerja.
Berdasarkan (Latif, 2020) dijelaskan bahwa Pendidikan di era modern tidak dapat dihadapi dengan pendekatan berbasis tantangan dan ancaman. Adapun hal yang bisa kita lakukan yaitu penguatan kapabilitas manusia agar mereka mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik dan benar. Pendidikan sekarang bukan lagi persoalan bahwa institusi Pendidikan harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang “siap pakai”. Ketika Pendidikan di anggap selayaknya pabrik maka itu artinya manusia akan bersaing dengan mesin yang canggih. Hal tersebut tentunya akan sia-sia ketika suatu saat terjadi pembaharuan mesin maka manusia otomatis kalah karena manusia tidak akan pernah mampu melawan kesanggupan mesin dalam bekerja. Oleh karena itu, yang perlu disiapkan dalam Pendidikan saat ini adalah menguatkan kapabilitas peserta didik.
Terdapat dua hal utama yang harus di miliki oleh generasi penerus kita agar mampu bersaing dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Pertama, berfikir kreatif dan inovatif yang bertujuan untuk bisa beradaptasi dalam perubahan. Kedua, yaitu memiliki karakter agar mampu bertahan terhadap di tengah perubahan yang sedang terjadi. Kedua poin tersebut harus seimbang karena jika hanya salah satu yang teraplikasikan maka capain tujuan Pendidikan tidak akan mencapai target yang sesungguhnhya.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan mental kreatif pada generasi muda, maka harus mencapai 5 karakteristik mentalis, yaitu :
- Jiwa sungguh mencintai (passion) terhadap apa yang dirasa sebagai bakat, minat, pilihan, dan impian seseorang. Kuncinya adalah mengupayakan ketersingkapan potensi diri dengan mengalami secara langsung aktivitas pengembaraan, ragam kegiatan, dan percobaan (experiential learning). Adapun hal yang perlu dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran perbasis kontekstual dan practical sehingga hal tersebut akan menambah daya pengetahuan yang relative tinggi.
- Rasa ingin tahu (curiosity) dengan memfasilitasi proses eksperimentasi dan penemuan. Peserta didik perlu diberikan keterampilan untuk belajar mengajukan pertanyaan, hipotesis, mendesain eksperimentasi, mengumpulkan data, dan merumuskan kesimpulan.
- ‘”Keliaran” imajinasi dengan membiarkan alam terkembang menjadi guru. Program-program pengajaran yang terstruktur dengan basis hafalan bisa mengerdilkan imajinasi. Perkembangan imajinasi siswa bisa difasilitasi dengan permainan berselancar di dunia maya. Karya-karya sastra dan film superhero dan science fiction juga bisa merangsang penjelajahan imajinasi. Dengan demikian siswa akan mampu mengelaborasi pengetahuan dan menemukan inovasi baru.
- Pikiran kritis (critical thinking) sebagai pelita hidup. Untuk bisa mengarungi kehidupan era baru, dengan beragam ide yang saling bertentangan, berebut klaim, misinformasi, berita negatif dan bohong, belajar terampil berpikir kritis dapat membantu mengurangi kesesatan, kegaduhan dan pembodohan.
- Keteguhan hati (persistence) untuk mengarungi percobaan dan tantangan. Bahwa segala percobaan dan impian itu memerlukan keuletan perjuangan jangka Panjang. Sekolah bisa bisa memfasilitasi hal ini dengan melakukan ajang kompetisi, sehingga siswa terlatih untuk menghadapi tantangan dan mampu menemukan solusi.
Penulis: Rintia
Nge-Zoom Bareng : Peluncuran Mata Kuliah Kecerdasan Digital (Program Literasi Digital)
Webinar Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Batusangkar, Mengulas Topik Ekonomi Syariah
Meriahkan HPN, UKKPK UNP Luncurkan SIGMA FM Versi Google Play dan Online
Meriahkan HPN, UKKPK UNP Luncurkan SIGMA FM Versi Google Play dan Online